Apakah kau mendengarnya?
Langkah kakinya yang ringan dan penuh percaya diri itu?
Setiap kali ia berjalan menyusuri lorong-lorong yang kotor dan penuh sampah, langit menjadi cerah tanpa awan yang menghalang
Namun birunya langit masihlah kalah unggul oleh matanya yang memikat
Dingin dan tajam
Penuh kalkulasi dan tenang
Serta hangat dan dipenuhi kasih sayang
Apakah kau mendengarnya?
Suaranya yang berbisik di kala malam
Melantun lagu-lagu tanpa nada kepada bulan
Ditemani bising jangkrik yang tak menampakkan rupa
Mulutnya membisikkan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda pada setiap keheningan di bawah taburan bintang
Berharap angin dapat menjawabnya meski berujung percuma
Apakah kau mendengarnya?
Rintihannya yang dipendam kala tetesan-tetesan di perutnya berubah menjadi deras
Berjongkok bingung pada waktu dan keadaan
Lemas tanpa daya
Serta redupnya kedua bola mata yang bercahaya bagai kristal yang tersorot lampu kota
Apakah kau mendengarnya?
Ketika bibirnya disunggingkan membentuk senyuman kecil tanpa makna
Suara berat yang hangat menjadi serak dan tak beremosi
Tanpa perasaan, datar bagaikan sebuah papan
Apakah kau mendengarnya?
Desas-desus yang diludahkan pada wajahnya oleh mereka-mereka yang hanya punya mulut tanpa mata dan telinga
Ketika kelembutannya dibalik menjadi kemarahan
Ketika kesetiaannya dituding sebagai kekerasan
Ketika kekuatannya disalahpahami sebagai senjata berbentuk manusia
Oh, kegelapan yang tak berhasil membawanya
Kacaukan ia dan bangunkan ia lagi
Pada waktu dimana ia adalah makhluk dengan sentimen berfungsi sepenuhnya
Meski ia harus kau bunuh dan hidupkan kembali ribuan kali
Oh, cahaya yang memeluknya dalam gelap
Berikanlah ia ilusi bernama harapan
Agar kelak ia tak lagi mencari dan tersesat
Agar kelak ia dapat melantangkan namanya dengan lepas
“Wahai pemberi kehinaan yang kelam, jangan bangunkan aku lagi.”
